Kisah Novel Ada Cinta Dalam Hijrahku ( Part 3 )

Mungkin ini awal dari cobaan yang harus aku alami dan jalani dengan ikhlas. Mungkin juga Bagas masih syok dengan penampilanku yang sekarang, yang sangat jauh berbeda dari penampilanku yang sebelumnya.

Tapi tekad ku sudah yakin dan matang, bahwa aku akan terus menjadi yang sekarang ini dan terus memperbaiki semuanya, hari ini pun aku lalui dengan penuh kesabaran, ini pasti hanya sementara dan mereka pun akan terbiasa melihatku seperti ini.

Ada Cinta Dalam Hijrahku 

( Part 3 )

Pengarang : Novi Lestari


Ada Cinta Dalam Hijrahku  ( Part 3 )

Hampir 1 minggu, bagas selalu menghidar dariku. Ya mungkin saja dia malu memiliki pacar sepertiku, yang mana orang selalu berbisik – bisik, “ hey tau gak, pacarnya yang cantik dan sexi itu, udah berubah dari ujung rambut sampai kaki, perubahannya drastis”.

Aku hanya bisa berdoa, semoga bagas bisa menerima perubahan dan penampilanku yang sekarang ini. Hari – hari yang aku lewati sangat berbeda dari biasanya, dengan perubahan dan penampilanku yang sekarang membuat aku terasa seperti orang asing.

Terkadang di sela sela kesibukanku, aku selalu meneteskan air mata dan ini semua bukan 1 atau 2 kali melainkan berkali – kali.

Tapi aku merasa tenang setelah mengeluarkan air mataku dan tak henti – hentinya aku selalu berdoa semoga aku terus bisa istiqomah dengan keputusan ku saat ini, yaitu berhijrah dan terus memperbaiki diri.

Tiba pada akhirnya aku berada di titik akhir kuliah ku, tepatnya sekarang adalah Hari Wisuda, yang mana aku sudah berjuang keras di kampus ini selama 6 tahun.

Namun apalah daya, setelah aku memutuskan untuk berubah, orang yang aku sayangi Bagas masih bersifat dingin dan acuh padaku, tidak seperti biasanya. Bahkan di hari yang  bahagia dan di tunggu tunggu pun dia tidak menemuiku, aku sangat sedih tapi aku tidak ingin berpikiran buruk.

Hari itupun berlalu, lalu keesokan harinya tiba – tiba ponselku berdering dan ternyata itu adalah Bagas. “sayang” pesan di dalam wa yang dia kirim.

Lalu aku pun cepat – cepat membalasnya dengan penuh kegembiraan.

“assalamualaikum, mas. Iya ada apa, gimana kabarmu sekarang..?”

“Aku ingin bertemu denganmu, sekarang juga. Aku tunggu di Taman Alun Alun kota” 

Aku sangat senang sekali, karena setelah sekian lama dia mengajakku untuk ketemu

“Iya, aku ke sana sekarang”

Dan akhirnya aku pun langsung bergegas untuk menemuinya, berharap semua baik baik lagi seperti semula.

Akhirnya 15 menit kemudian, aku sampai di taman dan ternyata Bagas sudah ada di sana dan sedang duduk di bangku tanam sendirian,

“Assalamualaikum”

“Waalaikumsalam, akhirnya kamu sampai sayang, ada yang ingin aku bicarakan, ayok duduk”

Aku pun langsung dan memandang dia dengan penuh keheranan.

“Iya makasih, ada apa sebenarnya” tanyaku kepada bagas

“Sayang, maafin aku sebelumnya yang mana selama ini aku acuh padamu, jujur saja aku sangat terkejut dengan penampilanmu yang berubah sangat drastis, aku masih tidak percaya dan aku benar – benar tidak tahan dengan omongan orang di sekelilingku yang selalu mengejekku karena penampilanmu, dan aku sekarang ingin meminta sesuatu sama kamu” dia berkata sambil memandangku.

“Apa yang kamu mau..?” jawabku kepada bagas

“Kamu benar sayang sama aku kan san, beneran sayang” dia terus memandangku dengan tajam dan aku sedikit bingunng dengan pertanyaannya.

“Iya aku sayang banget sama kamu bagas dan aku ingin kamu jadi imam aku”

“Makasih sayang, aku ingin kamu berubah seperti yang dulu lagi, dengan penampilanmu yang seperti dulu, anggun, cantik dan sexi lagi, aku mohon sayang. Aku sama sekali tidak menyukai style gayamu yang sekarang ini” lalu tiba – tiba dia ingin menciumku.

“Cukup Bagas” sambil aku menghentikan dia.

“Kenapa dengan kamu, kamu memang jauh berubah” bentaknya padaku.

“Astagfirullah al’adzhim, aku berubah gini hanya untuk kebaikan kita bersama, aku hanya ingin belajar menjadi wanita yang lebih baik lagi dan ibu yang baik untuk anak – anak kita suatu saat nanti, apa salahnya aku untuk hijrah, aku hanya ingin semua yang aku miliki cuma kamu yang melihatnya suatu saat nanti, bukan untuk di pandang orang, aku memang bukanlah wanita yang sholehah tapi setidaknya aku ingin berubah menjadi yang lebih baik lagi, seharusnya kamu mendukung aku bukannya begini, aku kecewa sama kamu” mendengar apa yang dia inginkan aku menangis sejadi jadinya sambil meninggalkan Bagas.

Sesampainya di rumah, aku menangis dan terus menangis, sungguh sakitnya mendengar apa yang bagas inginkan dariku.

Hari – hari aku jalani dengan murung, hati kosong dan benar – benar kacau sekali pikiranku.

Tapi tepatnya di mana hari ini aku harus menjalani tanggung jawabku menjadi seorang dokter, dan aku di tugaskan di sebuah desa kecil untuk mengabdi di sana untuk beberapa waktu, walaupun sebenarnya hati ini sedang sakit, tapi ini adalah sebuah kewajiban seorang dokter untuk mengabdi kepada masyarakat yang membutuhkan kesehatan di sana, sebelum pada akhirnya nanti aku di tugaskan di Rumah Sakit Besar.

Hari ini aku mempersiapkan semuanya untuk keberangkatanku ke sana, aku akan berangkatkan ke sana bersama bidan yang sudah lama tugas di sana, yaitu Ibu Nina.

Aku ingin memberitahu Bagas, tapi hati ini sakit dengan apa yang dia inginkan, tapi apalah daya cinta mengalahkan semuanya, akupun akhirnya mengirimkan pesan padanya, walaupun dia sama sekali tidak menghubungiku setelah kejadian tersebut, tapi balasan yang aku tunggu tidak pernah datang.

Lalu aku menanyakan kepada teman ku yang mana dia teman dari bagas juga, dan ternyata bagas sekarang sudah bekerja di sebuah Perusahaan di Jakarta bersama Sani.

Semakin sakit yang aku rasakan, tapi aku harus melewati semua ini, pasti akan ada dimana aku mendapat kebahagiaan, mungkin bagas sedang khilap, semoga dia segera menyadarinya.

Akhirnya keesokan harinya aku pun berangkat, perjalanan memang sangat jauh dan tentunya ini benar – benar perjalanan yang sangat berkesan, karena selama perjalanan aku di sediakan pemandangan yang sangat indah dan membuat pikiranku sedikit merasa lebih baik.

“Syana, kok diam terus ?” tanya ibu nina kepadaku sambil tersenyum.

“ Iya bu, gak papa kok, indah banget yah daerah sini apalagi nanti di desanya” balasku sambil tersenyum.

“Iya di sini sangat indah, ibu pun sangat suka tugas dan tinggal di sini, malahan dulu ibu waktu tugas awal di sini, dapat jodoh orang sini".

“Aduhh beruntung dong ibu, tugas tapi dapat bonus” candaku

“Bisa aja kamu ini, insya allah juga jodoh kamu juga ada di sana, jomblo kan sekarang” ibu nina sambil mengggodaku

“Ibu ini ada – ada aja ahh, aku tugas lho ibu di sini, bukan cari jodoh” balasku sambil tersenyum

“ Ehhh gak boleh gitu, bonus dari tugas gak boleh di tolak lho, apalagi dapat bonus jodoh saat tugas” 

“ihh ibu ini bisa aja”

“oiya syana, di desa ini ada yang tugas juga, dia di bagian pertanian, karena di desa ini memang masih sangat asri sekali, dan cara penanaman sayuran masih menggunakan metode nenek moyang, namun setelah datang pemuda itu, sekarang alhamdulilah desa ini mulai maju, bukan hanya itu saja pemuda itu benar – benar baik sekali, kalau tidak salah namanya itu nak Ilham”

“ Ilham, namanya sangat familiar banget yah bu, seperti...

“Udah sampai, bu” kata supir yang mengantarkan kami ke desa ini

“Ya udah ayok kita turun Syana”

Akhirnya kami sampai di desa, dan betapa terkejutnya kami di sambut oleh masyarakat desa ini, ternyata desa ini masih memegang adat istiadat dari turun temurun. Sungguh senangnya hati ini, seakan – akan masalah hilang seketika.

Di desa ini saya tinggal bersama ibu Nina, ibu Nina memiliki 1 orang anak dan suaminya adalah kepala desa di desa ini.

Selama di desa ini, aku di perlakukan sangat baik dan ramah sekali oleh warganya, seakan semua adalah saudara kandung, keharmonisan yang tidak pernah aku lihat di lokasi tempat tinggalku.

Beberapa hari aku tinggal di sini, tiba – tiba aku bertemu dengan orang yang ibu Nina maksud itu yaitu Ilham, di sebuah kebun bawang yang mana aku hanya ingin jalan – jalan menikmati suasana dan betapa terkejutnya aku ternyata dia adalah laki – laki yang pernah aku tabrak di kampus saat itu.

Sepertinya dia pun terkejut melihatku, dan tiba – tiba kami bersamaan bilang

“Kamu..!”

“ Assalamuallaikum..!”

Kami langsung gugup, kata – kata kami secara spontan sama.

“maaf mas, mas ini kan yang dulu saya tabrak” aku bicara sambil gugup

“iya kamu itu, dek Syana jurusan kedokteran kan, sekarang di sini juga”

“iya mas, saya di tugaskan di sini, sementara waktu, mas juga kah”

“ iya dek, mas sudah lama di sini, bahkan saat KKN memang di sini, selamat datang yah de di desa ini, semoga betah dan tugasnya lancar, permisi saya tinggal dulu, mau memeriksa tanaman warga yang lain, asalamualaikum”

“iya mas, waalaikumsalam”


Lalu aku pun pergi kembali ke rumah bu nina, tapi aku tidak tahu kenapa, perasaan ini sangat senang sekali setelah bertemu mas ilham, laki – laki yang pertama mengingatkan aku tentang sebuah arti aurat.

Aku benar – benar sangat bahagia dan tersenyum – senyum aneh, aku sendiri tidak tau apakah sebenarnya yang terjadi.

Setiap hari kami sering bertemu, berbagi  wawasan dan bertukaran pikiran bersama masyarakat di sini dan benar – benar aku sangat nyaman sekali.


Tepat suatu ketika, tiba – tiba mas Ilham membawa pasien orang tua
yang sakit ke tempat klinik yang ada di desa, ternyata orang tua tersebut
sakit karena tanpa sengaja menghirup racun saat menyemprot tanaman untuk membunuh hama tanpa menggunakan masker atau penutup.

Lalu tanpa banyak pikir, aku langsung memeriksanya.

“ Bapak ini nyemprotnya, lain kali bapak wajib pakai master saat
menyemprot tanaman, karena itu sangat berbahaya untuk kesehatan, jika terus menerus terhirup udara dari racun yang bapak semprotkan,
alhamdulilah ini tidak terlalu parah, sekalian ini masker dari saya
pak, tolong di gunakan sebaik – baiknya dan kalau bapak merasakan
gejala – gejala lain, cepat – cepat berobat ke sini yah pak”

“apa bapak ini baik – baik aja dek” mas ilham langsung datang dan
menayakan keadaan bapak ini

“alhamduilah tidak terlalu parah mas, tapi lain kali setiap petani
harus di wajbkan selalu memakai masker, agar mencegah hal – hal yang tidak kita innginkan mas”

“ iya dek, betul banget dan ini harus segera di musyawarahkan kepada
masyarakat desa”

Tiba – tiba bapak memotong pembicaraan kami..

“ maaf nak, tapi bapak belum punya uang untuk membayar obat ini” ucap bapak tersebut

“bapak jngan khawatir, ini gratis bapak, saya sudah di bayar
pemerintah dan semua ini gratis bapak, jdi bapak jangn sungkan –
sungkan untuk berobat yah”

“ iya bapak, apalagi dokternya baik, gak gigit kok, iyakan dok” mas
ilham bercnda dan tertawalah semuanya

“ bapak rasa kalian ini cocok nak “ kata bapak kepada kami, kami pun
terdiam dan mas ilham tiba – tiba.

“ Insya Allah kami jodoh bpak, iyakan dok” mas ilham dan bapak itu
melihatku, aku terkejut dan sangat malu sekali, tapi jujur aku senang
sekali.

“i i iya mas, insya allah pak” aku sangat malu.

“amin ya nak” 
“ya sudah bu dok, kami permisi dulu, saya sendiri mengantarkan
bapak ini ke rumahnya, assalamualaikum” 
Mas ilham dan bapak tersebut mulai meninggalkan tempat pemeriksaan.
“iya mas, waalaikumsalam” jawabku

Setelah itu aku langsung melihat persediaan obat dan ternyata obat –
obatan sudah hampir habis dan aku harus pergi mengambil obat – obatan
ke kota.

Di desa ini masih menggunakan jarngan hanya untuk menelepon saja,
itupun sedikit susah dan tidak ada untuk internet, yang mana aku tidak
bisa langsung menghubungi rumah sakit di kota.

Dan akhirnya aku memaksakan untuk pergi mengambilnya dan sekaligus untuk pulang dulu ke rumah, yah termasuk aku juga kangen sama mamah
dan papah.

Aku berbincang – bincang bersama ibu nina tentang obat – obatan yang
sudah hampir habis dan keinginanku untuk mengambilnya, dan akhirnya
aku pun di beri izin.
Keputusannya besok adalah hari aku akan pulang dan mengambil obat tersebut.

Selanjutnya :

Tidak ada komentar untuk "Kisah Novel Ada Cinta Dalam Hijrahku ( Part 3 )"