Kisah Novel Ada Cinta Dalam Hijrahku ( Part 2 )
Akhirnya ngumpul bareng di caffe pun berjalan dengan lancar, namun
hatiku selalu merasakan ada yang tidak beres, akan tetapi aku sendiri tidak tahu sebenarnya apa yang sedang tejadi sebenarnya.
Bagian Selanjutnya :
Ada Cinta Dalam Hijrahku
( Part 2 )
Hari sudah menjelang malam, suasana dingin dan bunyi hewan malam pun menghampiri, semua tugas sudah selesai aku kerjakan dan waktunya untuk aku beristirahat dengan tenang dan nyenyak.
Namun mata ini tak mau terpejam, memikirkan kejadian yang tadi siang, kenapa setiap aku berada bersama Bagas dan Sani, selalu merasakan curiga dan hati yang tak tenang. Tetapi aku tidak bisa menyimpulkan begitu saja, karena aku mengenal mereka dengan baik, mana mungkin mereka akan menghianatiku begitu saja.
Yah, mungkin rasa sayangku yang begitu besar pada bagas membuat aku cemburu yang berlebihan, dan menyangka yang tidak – tidak.
Bukan hanya itu saja, yang terlintas di pikiranku. Aku memikirkan laki – laki yang ku tabrak tak sengaja tadi, yang mana dia sangat sopan sekali terhadap perempuan, menjaga sikap dan sangat menghormati sekali.
Ternyata dia bernama Ilham Sanif, namun lebih di kenal dengan Ilham, aku mengetahui namanya dari teman ku, yang mana ia satu ruangan dan satu jurusan dengannya yaitu jurusan Pertanian.
Ilham sendiri mendapat beasiswa saat SMA dan ngampus, di kampus yang sama denganku. Dia berasal dari Kalimantan, dan tinggal di desa yang masih susah untuk di jangkau, karena keinginannya yang begitu kuat dan dia juga pintar, akhirnya ia mendapatkan beasiswa dari sekolahannya. Demikianlah ceritanya yang aku dapat dari temanku, walaupun tidak terlalu detail.
Ucapan ilham membuat pikiran ku semakin bertanya – tanya, apakah selama ini aku salah dan sebenarnya apa, aku bingung sekali.Di dalam keheningan malam dan kekacauan di dalam pikiranku, tanpa sadar aku pun tertidur begitu saja.
Kring kring kring..
Alarm pun berbunyi bertanda bahwa sudah jam setengah 6, aku pun bergegas mandi, setelah itu menyiapkan semuanya dan sarapan pagi bersama kedua orang tuaku.
“ Syana, ini mamah sudah siapkan makanan kesukaanmu” kata mamah kepadaku dengan tersenyum
“ iya mah, makasih banyak” sahutku
“ nak, kenapa dengan raut wajahmu seperti ada yang di pikirkan“ tanya ayahku
“ oh, gak papa kok yah, biasa ini efek banyak tugas”
“ ya, sudah sarapanlah, jangan terlalu di bawa dalam - dalam, santai aja lho, nanti gak sadar tiba tiba wajahnya tua nyaingin ayah, kaget pula” pungkas ayah sambil menggodaku.
" haha ayah bisa aja" jawab ku sambil tertawa kecil dan akhirnya aku pun sarapan bersama.
Sarapan pun selesai dan aku pun bergegas pergi ke kampus. Namun sesampai di sana aku kaget, melihat Bagas dan Sani sudah ada di sana dan berbincang – bincang seru, aku pun langsung menghampirinya.
“ lho, kok kalian sudah ada di sini bersama – sama, dan kamu sayang kok gak ada kirim pesan sama aku, ada apa ini” tanyaku kepada bagas dan sani
“ oh , ini yang ponsel ku tadi lobet, dan ini lagi di cas pakai power bank, dan kami sedang berdiskusi tentang tugas, gak ada papa sayang, dia kan sahabatmu” jawabnya dengan sedikit gelagapan
“ iya syana, kita sedang berdiskusi tentang tugas yang akan kita kerjakan” sahut sani, dia mencoba mencairkan suasana
Dengan sedikit kesal, tapi apalah daya aku pun mempercayainya, ung saja pergi meninggalkan mereka. Setiap hari, rasanya begitu sangat hampa yang ku rasa dan tanpa terasa akhirnya aku pun berada pada semester terakhir, yang mana aku akan menyandang gelar S1 di bidang Kedokteran.
Namun sebelum itu aku harus menyelesaikan dulu KKN selama kurang lebih 1 bulan. Dan selama itupun aku perpisah dengan Sani dan Bagas, bisa di bilang hilang kontak.
Karena aku KKN di desa kecil yang belum ada jaringan, dengan giat aku pun mengerjakan tugasku selama di desa tersebut, di sana saya mendapat banyak sekali pelajaran yang dapat di petik.
Dan akhir hari terakhirku di sana, aku bertemu dengan seorang gadis kecil, dia adalah Syifa. Dia berumur kurang lebih 13 tahun, yang mana ia merupakan gadis berkebutuhan khusus.
Dia sangat baik, ramah, periang walaupun sebagian tubuhnya tidak sempurna, yaitu dia tidak memiliki kaki sebelah dari lahir, namun semangat juangnya patut di ancungi jempol.
“ ka syana” teriaknya memanggilku
“ iya, adek manis syifa.. ada yang bisa kaka bantu..?” jawabku
“ assalamuallaikum ka. Aku bangga melihat kaka, aku juga ingin jadi dokter seperti kaka, dan bisa membantu orang yang sakit”. Dia berkata sambil tersenyum
“ Waalaikumsalam, tentu donk kamu pasti bisa, kamu harus giat belajar, karena sesuatu yang di inginkan harus di landasi dengan giat belajar, maka yang di cita – ciakan pasti terwujud” jawanku sambil tersenyum dan menyemangati nya.
“Iya kak, aku akan semangat belajar, agar semuanya terwujud dan bisa membantu banyak orang, terutama aku ingin sekali membuat tempat yang mana di khususkan untuk belajar agama”
“ Maksudnya, adek mau buat apa..?” tanyaku pada Syifa
“ Aku mau buat pesantren kak, agar semua mengerti tentang ilmu agama, itu cita – cita utamaku kak, aku pernah ke kota dan melihat banyak sekali perempuan yang memperlihatkan auratnya, dan hal itu pun merambat ke desa – desa ka, yang mana cara berpakaiannya di ikuti oleh perempuan di desa, sungguh tidak pantas untuk di lihat dan contoh” pungkasnya dengan wajah yang begitu sedih
“ Ka ka kamu dek pasti bisa mewujudkan semuanya” jawabku dengan sedikit terbata – bata sambil merenungkan ceritanya kepadaku
“ Iya kak, itu wajib sekali di wujudkan, karena jika seperti itu allah akan marah dan wanita akan di pandang sebelah mata, dan semua itu tidak boleh di biarkan, apalagi banyaknya perempuan yang mengaploud poto sexinya di media sosial, itu bukan hanya dosa besar, melainkan juga dosa jariyah, yang mana akan tetap mengalir walaupun kita tidak sudah tidak ada. Syifa pernah melihatnya saat berobat ke Kota.
Di sini sekarang belum ada akses internet, namun lambat laun pasti akan segera ada, dan pastinya semua akan mengikuti cara salah tersebut, aku ingin memberi pemahaman tentang syariat yang sudah ada”
Kata – katanya semakin membuat ku gemetaran, dan terdiam, aku bingung untuk menjawab apa, karena aku sendiri melakukan hal yang sama seperti yang ia bilang kepadaku,
“Iya dek, ka ka kamu benar” jawabku den perasaan yang tak karuan
“ Iya kaka, mkasih atas semangatnya. Oiya kak, aku punya sesuatu untuk kaka, tapi aku minta kakak bukaklah saat kakak sudah berada di rumah, dan terima kasih banyak kaka telah ke mari dan memberikan banyak pelajaran terutama tentang kesehatan kepada kami semua, kami pasti sangat merindukan kaka, dan ini adalah hari terakhir kakak di desa kami”
Lalu kemudian dia memelukku sambil menangis, tidak bisa ku pungkiri aku pun tidak bisa menahan air mata, dan akhirnya aku pun memeluknya dengan erat, seakan – seakan dia adalah adik kandung ku.
Lalu aku pun menerima pemberiannya, yang di bungkus dengan kain bewarna biru, dan aku pun bertanya – tanya apa ini sebenarnya, namun sesuai amanahnya aku akan membukanya nanti di saat aku sudah ada di rumah.
Hari pun sudah semakin redup, akhirnya aku dan syifa pun beranjak pergi, namun pikiranku masih tetap mengingat perkataan dari syifa.
Malam hari pun aku lalui dengan penuh kegelisahan, bercampur sedih, yang mana aku akan segera meninggalkan desa ini bersama teman – teman KKN ku, kami sangat di bantu sekali oleh masyarakat di sini, mereka sangat ramah dan sopan, terutama Syifa. Gadis manis yang berkebutuhan khusus, yang memberiku sebuah hadiah.
Tanpa terasa waktu pun terus berjalan, dan pagi hari pun segera menghampiri. Akhirnya aku di bangunkan oleh temanku, setelah itu aku beranjak mandi dan setelah itu mempersiapkan semuanya untuk pemberangkan nanti.
Waktu sudah menunjukan pukul 07.00 , yang mana menunjukan bahwa mobil yang menjemput kami akan segera tiba dan kami pun berpamitan kepada masyarakat di desa ini, termasuk kepada syifa.
Tak bisa di pungkiri air mata ini terus mengalir di saat perpisahan tiba, tidak tahu kenapa berat sekali rasanya meninggalkan mereka semua.
Namun aku tidak bisa berbuat apa - apa, aku harus pergi dan menyelesaikan kuliahku, akhirnya tibalah mobil yang menjemput kami, dan kami pun berangkat pergi menuju ke kota Bandung.
Di perjalanan pikiranku masih tertuju pada ucapan syifa dan hadiah yang dia berikan, apa yang sebenarnya dia berikan padaku, aku ingin sekali membukanya.
Namun aku harus menghargai amanah yang dia berikan padaku. Setelah beberapa jam, akhirnya kami semua sampai di rumah masing – masing.
“Assalamualaikum mah, yah” sambil mengetuk pintu rumah, berharap segera di jawab, beberapa menit kemudian, ada yang membukakan pintu, ternyata bibi.
“Waalaikumsalam non, oh sudah pulang non, silahkan masuk” jawab bibi sambil tersenyum padaku.
“ iya makasih bi, mama dan ayah kemana bi?” tanyaku pada bibi sambil beranjak masuk ke dalam rumah.
“mereka pergi ke Jakarta non, ada urusan mungkin besok mereka pulang”.
“ oh begitu bi, ya sudah aku mau ke kamar ku dulu bi” lalu aku pun langsung pergi ke kamar.
Sehabis itu aku membersihkan badanku yang penuh keringat karena perjalanan jauh dan setelah itu aku langsung mengambil hadiah yang sifa berikan padaku.
Lalu aku membuka kain tersebut dan ternyata ada sepucuk surat dan sebuah jilbab biru, lalu aku membuka surat tersebut dan membaca, setelah membaca bergetarlah hatiku dan rasa tak tenang dan takut pun mulai menyelimuti diriku.
Surat yang dia berikan berisikan ;
“ Assalamualaikum wahai kaka cantik, saya harap kaka membuka surat ini setelah berada di rumah kaka, aku punya sesuatu untuk kaka yaitu Jilbab untuk kaka, yang mana aku ingin sekali kaka selalu memakainya, walaupun jilbab itu hanya sederhana, tapi sesungguhnya kecantikan yang haqiqi bukan dari wajah melainkan cahaya yang keluar dari hatinya, aku tau kak mungkin ini tidak sopan bilang seperti ini, tapi sesama muslim kita harus saling mengingatkan satu sama lain, percayalah kak dengan menggunakan jilbab pun tidak akan membuat kecantikan kaka hilang, melainkan semakin bertambah dan semakin di hormati. Ketahuilah kak, menutup aurat tak butuh banyak alasan, sebab malaikat izrail pun tak butuh banyak alasan untuk mengambil nyawa siapapun dan dimanapun. Berhijab bukan hanya sekedar melindungi , tapi juga melindungi orang – orang di sekitar kita dari fitnah dan godaan, serta menghalangi orang yang akan menilai kaka hanya dari pernampilan fisik, memang sangat berat menggunakan hijab, karena sulit untuk mengulurkan kerudung, tapi percayalah perbuatan baik akan di balas dengan yang baik juga dan wanita yang menutupi auratnya mampu mendatangkan laki – laki yang mencintainya dengan hati, karena menjadi wanita ada 2 pilihan, menjadi besa besar fitnah atau menjadi sebaik – baiknya perhiasan.
Aku ingin sekali kaka memakai hijab pemberianku ini dan aku ingin suatu saat kita bisa bertemu kembali, terima kasih ka sudah memotivasi dan mengajari kami semua di sini, dengan adanya KKN di desa kami, kami juga banyak belajar, terimakasih banyak untuk kaka dan rekan rekan kaka, kami tunggu kedatangan kaka kaka semuanya. Aku sayang kalian, dari Syifa.”
Perkataan semuanya membuatku semakin merasa tak tenang, sebenarnya pertanda apakah ini, dari aku bertemu Ilham, perkataan syifa.
Aku hanya berdiam dan memikirkan semuanya, dan terlintas di pikiranku bahwa aku meman salah, pakaianku salah, bahkan aku sendiri jarang sekali melakukan kewajiban sholat 5 waktu, aku jarang membaca kitab suci Al Qur’an, dan aku benar – benar ketakutan, air mataku terus menetes, semua badanku bergetar, rasa takut terus menyelimuti.
Aku hanya berdiam dan terus merenungi semuanya, tanpa aku sadari hari sudah mulai redup dan suara adzan pun mulai berkumandang.
Aku coba terbangun dan mulai pergi ke dalam kamar mandi, lalu aku berwudhu dan menjalankan sholat magrib, walaupun aku sudah mulai lupa setiap bacaan dalam gerakan sholat, namun aku memcoba untuk mengingatnya.
Setelah menjalankan sholat, aku berdoa sambil menangis, aku meminta ampunan dari Allah swt, atas semua kesalahan yang pernah aku lakukan baik di sengaja maupun tidak di sengaja, aku bertobat atas semua kesalahanku.
Setelah itu, aku coba menemui bibi.
“ Bi, apakah aku bisa meminta tolong?” sambil menghampiri bibi yang sedang di dapur.
“ Iya non, tentu saja boleh, ada apa..? dia melihatku sambil tersenyum
“ A anu bi, apakah aku bisa meminta tolong, tolong belikan baju muslim yang menutupi aurat ku, a a a aku belum mengerti bi dan sedikit takut” aku sedikit gemetar saat meminta tolong pada bibi, namun bibi tetap memandangku dengan senyuman manisnya.
“ Tentu non, tunggu di sini yah non, bibi ambilkan sesuatu untuk non”
dia meninggalkan ku dan mengambil sesuatu, setelah itu dia menghampiriku.
“ ini non, bibi punya sesuatu untuk non, namun bibi segan untuk memberikannya, bibi takut non tidak suka, tapi setelah non berbicara barusan, membuat bibi yakin non mau menerimanya, bukalah non hadiah kecil dari bibi” dia mengusap kepalaku dengan lembutnya.
Dan aku pun langsung membukanya, dan ternyata itu adalah baju muslim atau gamis, memang sederhana namun telihat sangat bagus sekali, dengan warna biru langit.
“ wahh bi, bagus sekali apa benar ini untuk aku bi” aku tersenyum melihat pemberian dari bibi.
” tentu non, itu untuk non, semoga suka dan bermanfaat yah non, besok kita sama – sama membelinya di toko” matanya sangat berkaca – kaca menatapku dan terus tersenyum.
“ iya bi makasih banyak, aku sangat senang sekali, aku ke kamar dulu yah bi, udah isya” aku tersenyum kepada bibi
“ iya non”.
Aku pun lekas meninggalkan bibi dan ke kamar lalu menjalan lagi ibadah isya. Setelah itu aku tertidur, dan tidak tahu kenapa rasanya aku sangat tenang sekali, tanpa di sadari aku pun tertidur dengan begitu nyenyak. Dan pagi pun segera menghampiri, aku sudah siapkan alarm tepat jam setengah 5.
Kring, kring, kring...
Alarm pun berbunyi dan aku pun langsung terbangun, dan lekas mandi lalu mengambil air wudhu, setelah itu aku mencoba memakai baju pemberian dari bibi, dan langsung menjalankan ibadah subuh.
Setelah itu aku langsung mencoba jilbab dari syifa, dan aku pun terkejut melihat penampilanku. Aku terkejut karena penampilanku memang sangat membuatku tenang sekali, semua tertutup rapi, hanya wajah dan tanganku yang hanya terlihat, mungkin inilah yang di maksud syifa, kecantikan yang haqiqi.
Aku sangat nyaman dan benar – benar nyaman sekali, lalu aku ke luar kamar dan bibi melihatku tanpa mengedipkan mata.
“Subhannallah non, cantik sekali” sambil menghampiriku dan tersenyum
“ Makasih bi, apa ini cocok bi” tanyaku pada bibi
“ Ini sangat cocok sekali non, sangat indah dan anggun sekali, subhanallah non” dia memegang pipiku sambil tersenyum manis.
“ Makasih ya bi, bajunya indah sekali, aku suka”
“ iya non, sama – sama, makasih juga udah mau menerima pemberian bibi, oiya non ayok sarapan dulu” kami berjalan bersama menuju ke tempat atau ruangan makan.
Dan setelah itu aku pun berangkat ke kampus.
Sesampai di sana, semua orang kaget melihat penampilan baruku, terutama Bagas dan Sani.
Lalu mereka terus menatap ku tanpa henti – hentinya, mungkin mereka merasa aneh dengan penampilanku yang sekarang ini, yang mana dulu aku selalu berpakaian minim atau berpakaian sexi sekarang semuanya aku tutup. Karena aku ingin belajar menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Tiba – tiba Sani menghampiri ku, dengan mata yang terus menatap diriku tanpa henti – hentinya.
“ Syana” sambil menatapku terus dengan heran
“ Assalamualaikum sani, iya ini aku syana, udah lama yah kita enggak ketemu, aku baru menyelesaikan tugas KKN ku, apa kabar..?” aku tersenyum manis kepada Sani, namun sani tetap saja melihatku dengan penuh keheranan.
“ Gak salah kamu syan, pake baju kayak gini, biasanya juga kamu kan selalu tampil elegan, sekarang ? Gak cocok banget deh” dia memegang pakaianku seperti tidak suka sama sekali, namun aku hanya trsenyum saja.
“ Aku nyaman dengan yang sekarang, mungkin sudah saatnya aku merubah diri ini, termasuk pakaian ku”.
“ Ya sudah, terserah kamu, tapi menurut aku nggak banget deh” wajahnya mulai mengeluarkan mimik yang benar – benar tidak menyukai penampilanku yang sekarang, namun apa boleh buat aku sangat nyaman sekali dengan penampilanku yang sekarang dan ini semua membuatku mendapatkan ketenangan yang sbenarnya.
walaupun aku masih sedikit mengenal agama, karena aku memang sangat jauh sekali dari agama, karena selalu mengikuti jaman yang berkembang dan selalu mengikuti gaya orang barat, yang mana sekarang ini memang sedang banyak di ikuti atau menjadi trend.
Lalu aku pergi meninggalkan sani, dan menemui bagas yaitu pacar ku, aku berharap dia menerima keputusan ku sekarang ini, yang mana aku ingin berhijab dan belajar menjadi gadis yang lebih baik lagi dari sebelumnya, namun keinginanku tidak sesuai dengan yang aku bayangkan.
“ Assalamualaikum mas bagas” aku tersenyum sangat manis, yang mana
sangat berharap sekali keinginan ku sesuai dengan yang ku pikirkan.
“ Syana, apa itu kamu sayang” dia menatap wajahku dan seluruh
pakaianku sambil memegang jilbab yang aku kenakan.
“ Iya mas bagas, ini aku Syana, apa kabar mas..? alhamdulilah rasa kangen ku terobati setelah melihat mas, sudah lama kita tidak bertemu.".
Aku menanyakan dengan penuh kasih sayang dan cinta.
“Hah mas..? kok mas sih, biasanya kan sayang dan kenapa kamu tanpak sedikit berubah seperti ini, gak sama seperti syana yang aku kenal kemarin – kemarin” wajahnya mulai menunjukan hal yang tidak suka saat melihatku seperti ini.
“Iya ini aku syana, aku mencoba belajar menjadi seorang wanita berhijab, yang kelak aku ingin menjadi istri yang sholeh untuk kamu mas Bagas” mataku berbinar – binar melihat matanya yang mana sangat mengharapkan sekali kata – kata “ iya aku setuju dengan keputusanmu sayang” yang keluar dari bibirnya, namun ternyata jauh sekali dari yang aku bayangkan.
“Oke yang oke, maaf tapi aku harus cepat – cepat ke ruanganku karena ada tugas yang segera harus kumpulkan, kamu tau kan ini semester akhir” lalu dia langsung meninggalkan ku tanpa berkata apa apa lagi, begitupun dengan sani mereka meninggalkan ku begitu saja.
Betapa sakit dan sedihnya hati ini, melihat semua berubah begitu cepatnya.
Mungkin ini awal dari cobaan yang harus aku alami dan jalani dengan ikhlas. Mungkin juga Bagas masih syok dengan penampilanku yang sekarang, yang sangat jauh berbeda dari penampilanku yang sebelumnya.
Tapi tekad ku sudah yakin dan matang, bahwa aku akan terus menjadi yang sekarang ini dan terus memperbaiki semuanya, hari ini pun aku lalui dengan penuh kesabaran, ini pasti hanya sementara dan mereka pun akan terbiasa melihatku seperti ini.

Tidak ada komentar untuk "Kisah Novel Ada Cinta Dalam Hijrahku ( Part 2 )"
Posting Komentar