Kisah Novel Ada Cinta Dalam Hijrahku ( Part 4 )
Dan akhirnya aku memaksakan untuk pergi mengambilnya dan sekaligus untuk pulang dulu ke rumah, yah termasuk aku juga kangen sama mamah dan papah.
Kisah Novel Ada Cinta Dalam Hijrahku ( Part 4 )
Karya : Novi Lestari
Sebelum pulang, sore ini aku ingin berjalan – jalan di desa, di temani 2 orang anak kecil yaitu irma dan lala, mereka baru kelas 5 sd.
Dan mengingatkan ku pada Syifa, seorang gadis yang menyadarkanku tentang agama. Bagaimanakah keadaan dia dan desa itu sekarang.
Tanpa aku sadari aku ini melamun sambil memandangi irma dan lala, tiba – tiba
“assalamualaikum” mas ilham mengagetkanku dari lamunanku.
“ hah wa waalaikumsalam, mas mas i ii ilham” aku terkejut sambil menjawab terbata bata, tapi aku bahagia.
“bu dokter kenapa melamun gitu, Irma sama Lala kok malah di biarin, bu dok kok melamun nih ?”
“ mas ilham, gak ada apa2 kok, mau kemana ?” tiba tiba
“biasa mas ilham, bu dokter lagi mikirin mas ilham, ciyee ciyee” ucap irma dan lala menggoda, aku pun tersipu malu.
“ hmmm masa sihh lala irma, ini dek bu dokter cuma jalan – jalan sore aja” sahut Ilham untuk mencairkan suasana
“de buk dokter apaan tuh, ehem ehem “ tanya lala dan irma, yang membuat kami berdua semakin gugup dan malu.
“heeii kalian ini yah” balasku untuk mencairkan suasana.
“iya deh iya deh maaf, malu malu keong kakak sama mas ini”balas irma sambil ketawa, lalu lala membalas.
“bukan keong tau, tapi malu malu meong tuh, hehe kapan sih kakak sama mas ini nikah, aku kan mau nyumbang sholawat nanti di pernikahannya” canda lala
“ emm mas ini gimana buk dok nya aja, mau apa enggak tuh “ sambil tersenyum
“ wahh kak, kode misteri ini, gimana tuh gimana kak, mau aja ka mau ajalah” kata irma
“ka ka pan ap aa appanya” tiba tiba aku gugup sekali,
“ ciyee kaka malu, ayok ah jalan jalan lagi, sekalian mas ilham ikut juga, biar rame - rame dan jagain kita” kta irma dan lala
Lalu aku pun diam dan malu sekali, tapi aku senang juga dan akhirnya kami jalan – jalan bersama sambil melihat – lihat pemndangan desa ini.
“mas maafin lala dan irma yah, mereka bercanda” aku berusaha mencairkan suasana yang sudah terasa tegang dan gugup ini.
“ tapi kalau aku seriusan gimana buk dok” dia menjawab
“ mas mas ilham suka aku” tanyaku sambil gugup
“ Jujur saja sebenarnya saya, sudah lama menyukai buk dokter, dan saya pun sadar dengan keadaan saya yang masih serba kekurangan, saya belum punya apa apa. Saya mempunyai rasa, tapi saya tidak ingin langsung mengungkapkan apalagi berpacaran, saya tidak ingin menyakiti perempuan dengan kata berpacaran, apakah bu dokter memiliki rasa yang sama atau...”
“jadi mas, selama ini”
“astagfirullah aladzhim, maaf saya lancang bilang bgtu, permisi dek saya duluan” tiba – tiba ilham sangat gugup sekali dan mulai pergi meninggalkan aku, lala dan irma.
Aku sangat sedih dan merasa bersalah juga dengan kejadian barusan. Seharusnya aku bilang ya, tapi aku diam karena aku ingat bagas, aku masih setia sama bagas dan mana mungkin aku duakan dia. Dan akhirnya aku mengajak irma dan lala pulang.
Keesokkan harinya aku langsung pulang, sesuai yang di rencanakan.Di dalam perjalanan, aku memikirkan mas ilham, dan bisa di bilang aku ini meninggalkan perasaan dia demi kesetiaan terhadap bagas.
Aku langsung menuju rumah sakit, mengambil obat – obtan dan langsung pergi ke rumah.
Saat menjelang ke rumah, aku terkejut ada janur kuning melengkung sepertinya ada pernikahan di daerah komplek kami, tapi tidak tau siapa.
Lalu sesampainya di rumah ternyata ada sbuah pesta di rumah tetangga, sepertinya di rumah Sani. Tapi aku bingung, siapa yang menikah.
Aku langsung ke rumah dan ternyata sudah di sambut oleh keluargaku, betapa senangnya diriku ini.
Lalu setelah istirhat, aku menanyakan siapa yang menikah kepada mamah.
“mamah, siapa yan nikahan” tanyaku
“oiya nak, kamu jauh dan susah di hubungi, ini ada undangan dari sani temen kamu, dia nikah nak. Langsung aja kamu ke sana nak, acaranya masih berlangsung, nanti ibu juga ke sana lagi”
“ nikah sama siapa” lalu aku lihat undangannya ternyata tertulis nama bagas, aku kaget dan langsung pergi ke sana untuk memastikan, sambil berdoa semoga perasaan yang aku bayangkan ini salah.
Sesampainya di sana, aku benar – benar sangat terkejut dan hati ini benar – benar sakit sekali, sungguh sangatt perih sekali dan aku tidak menyangka aku akan merasakan hal yang sesakit ini.
Ternyata pengantin prianya adalah Bagas, laki – laki yang aku cintai. Aku menangis melihat semua ini, aku benar – benar sakit melihat semua ini, lalu aku berlari meninggalkan acara tersebut, lalu aku pergi ke kamar, menangis dan terus menagis.
Aku sangat hancur,selama ini aku berkorban dan selalu setia terhadap orang yang aku sayangi, aku percaya pasti ada secercah harapan Bagas bisa berubah dan bisa menjadi suami yang baik suatu saat nanti, tapi yang aku harapkan menjadi suami ku pun sudah hancur, hanya luka dan khianat yang aku dapatkan.
Sakit bukan hanya satu, melainkan dua, rasanya seperti di tusuk tusuk hati ini. Aku di khianati kekasih dan juga sahabatku sendiri, orang – orang yang aku sayangi malah menikamku dari belakang, aku stress dengan kejadian ini, hanya sakit dan sakit yang aku rasakan.
Ternyata selama ini benar tentang perasaanku, mreka memiliki hubungan gelap di belakangku.
Aku sangat sakit sekali, tapi apalah dayaku, nasi sudah menjadi bubur, sahabatku sendiri menikah dengan kekasihku sendiri, sungguh sangat sakit sekali.
Beberapa hari aku hanya termenung, dan masih tidak menyangka dengan kejadian ini, kesetiaan di balas dengan dusta.
Hari haripun berlalu dengan kesunyian, lalu bibi mengajakku ke taman untuk menghiburku, aku tidak ingin tapi bibi terus membujuku dan akhirnya aku mau.
Lalu sesampainya di sana aku duduk di kursi taman tersebut dan bibi meninggalkanku untuk memberi eskrim kesukaanku.
Tiba – tiba saja, ada sani dan bagas menghampiriku, aku melihat mereka..
“ Mau apa kalian ke sini, belum puaskah kalian bersandiwara selama ini” ucapku penuh dengan kemarahan.
“ syana, maafin aku san, tapi kami saling cinta” jawab sani
“ yahh, sampai kalian tega memberikan rasa sakit ini, puas kalian sakitin saya, puas hah” balasku
“ maafin aku, aku terpaksa syana, aku terbawa nafsu dan sani hamil, aku di paksa harus bertanggung jawab dan akhirnya kami” jawab bagas dengan mimik wajah sedihh
“ oh kamu, sekarang puaskan kamu bagas, puas seperti yang kamu ingin, dan puas juga kan kalian sakitin aku, lalu ngapain kalian ada di sini, lebih baik kalian pergi, sudah cukup kalian menyakiti saya, dan terima kasihatas semuanya, jika kalian tidak mau pergi, biar saya saja, permisi assalamualaikum” dengan hati hancur akupun langsung pergi meninggalkan mereka, dan mencari bibi, lalu mengajaknya pulang.
Sesampainya di rumah, aku hanya bisa sedih dan aku benar – benar drop sekali. Sampai – sampai aku lupa dengan tugasku sebagai dokter dan tugas di desa.
Pada suatu hari, bu nina datang ke rumahku dan menanyakan obat obatan dan kenapa aku tidak ke sana lagi, yang mana aku masihh bertugas disana dan warga yang sakit membutuhkan obat.
Aku sangat bersalah sekali, hanya karena perasaan aku meninggalkan kewajibanku dan menelantarkan orang yang sedang sakit di sana.
Aku pun meminta maaf kepada bu nina dan pada hari itupun aku langsung pergi ke desa itu lagi dengan perasaan penuh luka. Setelah meminta izin kedua orang tua, kami pun langsung berangkat. Sesampainya di sana, aku meminta maaf kepada semua warga karena kelalaianku tidak tepat waktu datang ke desa itu kembali. Aku hampir 2 minggu di rumab, sedangkan cutiku hanya 1 minggu.
Hari – hari aku jalani seperti biiasa dokter melayani masyarakat yang membutuhkan. Di saat aku melamun tiba – tiba lala dan irma menghampiri ku dan berkata.
“assalamualaikum kakak, kak ayok ikut kami kak, ini penting”
“ waalaikumslam, ada apa” jawabku
“ayok ikut kami” mereka menarik ku sambil mengajak pergi.
Sambil keheranan, aku pun akhirnya mengikuti mereka. Sesampai ke lokasi yang di tuju, ternyata di sana ada mas ilham dan warga, sepertinya mas ilham akan pergi, tapi aku tidak tau juga sebenarnya yang terjadi.
“ada apa ini” tanyaku kepada irma dan lala
“ mas ilham mau pulang kak, keluarganya sedang sakit, kami mengajak kaka, karena kami tau mas ilham menyukai kaka dan begitupun kaka” jawab lala
Sebelum memasuki mobil, mas ilham menghampiriku..
“ assalamualaikum dek, saya mau pamit pulang ke kampung, mungkin ini pertemuan kita yang terakhir atau allah akan mempertemukan kita lagi suatu saat nanti”
“waalaikumsalam mas, saya harap mas kembali lagi, desa ini masih membutuhkan mas dan saya juga, saya banyak belajar dari mas, lalu siapa yang akan membantu saya nanti mas, saya pasti akan merindukan mas, mas orang baik, insya allah keluargga mas di sana akan baik – baik aja, banyak doa yang terus mengalir untuk mas dan keluarga mas” jawabku
Tanpa aku sadari aku meneteskan air mata, yang mana aku sedih untuk di tinggalkan, apa aku akan merasakan kembali yang namanya di tinggalkan.
Jujur saja, aku memang menyukai mas ilham, namun aku tinggalkan perasaan dia untuk laki – laki lain, yang nyatanya laki – laki tesebut hanya malah membalasnya dengan sejuta luka di hati ini, sungguh bodohnya diriku.
“amin, makasih banyak dek. Sebelum pergi saya ingin bilang sesuatu dan sebelumnya mohon maaf jika saya lancang, sebenarnya saya benar – benar menyukai bu dokter, saya tidak bisa membohongi perasaan say, bahwa saya serius terhadap bu dokter, maaf saya bilang begini. Tapi saya harus bilang, supaya hati saya lepas dari rasa yang saya sembunyikan selama ini”
“Sebenarnya saya juga menyukai mas, tapi saya tidak bilang itu ke mas, karena saya mempunyai orang lain yang saya cintai waktu itu, tapi sekarang”
“sekarang sudah menikah” jawab ilham.
“mas ilham kenapa bisa tau ?” spontan aku merasa kaget.
“maaf sebelumnya dek, sewaktu saya pergi ke kota, saya bertemu dengan mas bagas, dia meminta tolong mengirimkan undangan untuk bu dok, tapi saya tidak tega untuk memberikannya, makanya saya hanya menyimpannya, maafkan saya soal itu”
“tidak apa apa mass, semua sudah terjadi” aku menunduk sambil menangis,
tiba – tiba mas ilham mengusap air mataku dengan tisu yang dia bawa, lalu berkata..
“sesuatu saat aku akan datang, menjemputmu untuk ku jadikan sebagai makmum dan istri dunia akhiratku atas ridhonya, semoga allah selalu memberikan jalan yang terbaik untuk kita, memudahkan urusan kita dan menjodohkan kita. Tapi bila aku datang di saat sudah terlambat, aku akan datang sebagai teman” sambil tersenyum
“apakah yang mas katakan itu akan kenyataan atau hanya luka yang akan saya dapatkan lagi” jawab ku
“insya allah jodoh, insya allah jika memang kita di takdirkan bersama kita akan bertemu lagi di waktu yang tepat, yang mana aku akan datang menjemputmu, walaupun jarak di antara kita sangat jauh.”
“jika memang seperti itu, aku akan menunggu keajaiban itu datang dan terus berdoa semoga itu menjadi kenyataan bukan hanya angan angan”
“ insya allah, allah pasti meridhoi hambanya yang memiliki niat baik, akan mempermudahkan semuanya, saya harus segera pergi, pesan terakhir saya untuk adek, Jaga pakaian, hati dan ibadahnya, dan ingat selalu bahwa kebaikan akan selalu menghadirkan kebaikan, saya pamit dek, jaga diri baik – baik. assalamualaikum”
“waalaikumsalam, mas”
Dia pun pergi meninggalkanku dan memasuki mobil dan akhirnya mobil itupun beranjak pergi.
Tiba – tiba aku berlari dan memanggilnya..
“ Mas Ilham, aku akan menunggu kamu sampai waktu itu tiba” aku tersenyum sambil menangis
Dan mas ilham tersenyum sambil meneteskan air mata di dalam mobil yang terbuka jendelanya.
Aku harus mengalami di tinggalkan lagi oleh orang yang aku sayang. Benar – benar sangat sakit, belum saja luka yang lalu sembuh, harusmerasakan lagi di tinggalkan.
Hari demi hari aku lalui, rasa hampa yang aku rasa. Tapi aku percaya akan ada masanya aku merasakan kebahagiaan yang allah berikan padaku.
Mungkin inilah yang namanya kehidupan, yang kita inginkan belum tentu itu yang terbaik untuk kita, dan ada kalanya yang tidak kita inginkan itulah yang terbaik untuk diri kita.
Perjalanan kehidupan ini, mengajarkanku akan suatu hal yaitu Ikhlas dan Sabar. Yang mana kita harus mengiklasakan semuanya yang bukan terbaik untuk kita, walaupun itu adalah hal yang sangat kita inginkan dan allah pasti akan menggantinya yang lebih dari itu.
Tidak terasa hampir 2 tahun lamanya aku mengabdi di desa ini, dan tugas ku pun selesai, sekarang aku akan kembali bertugas di rumah sakit.
Aku sangat sedih sekali meninggalkan desa ini, banyak pelajaran, hikmah dan cerita yang saya dapat dari desa ini.
Begitu juga tentang Awal Pertemuan kehidupanku di mulai. Tapi aku harus meninggalkan desa ini, namun aku pasti akan sering sering ke sini lagi.
Perpisahanpun selalu di warnai tangisan, rasanya masyarakat si sini sudah seperti keluarga saja, susah untuk meninggalkan mereka.
Banyak pesan pesan orang tua untuk diriku, dan aku sangat senang sekali dapat banyak pesan kebaikan di dalamnya.
Aku akhirnya pergi pulang dan bekerja di tempat baru. Di sinilah awal yang aku harus mulai kembali, dan berdaptasi kembali.
Orang tua aku pun sangat senang, akhirnya aku di rumah kembali. Aku senang di rumah apalgi kangen dengan kamarku ini.
Tapi di sisi lain aku pun tidak senang, apalagi dekat dengan rumah sani, yang mana mengingatkan tentang hal masa lalu.
Tapi ya sudahhlah semua harus di jalani, suka tidak suka mau tidak mau, inilah roda kehidupan.
Namun ternyata, setelah mendengar cerita dari mamah, aku terkejut dan merasa kasian. Bahwa sani sudah melahirkan anaknya, tapi Bagas malah meninggalkannya tanpa bertanggung jawab sebagai suami, dan Sani karena kejadian itu sedikit stress, lalu anaknya di urus oleh orang tuanya.
Sungguh membuat aku merasa kasian. Mungkin inilah kenapa allah tidak menjodohkan ku dengan bagas, dan mungkin ini memang yang terbaik untuk aku, dan menjauhkan ku dari sakit yang seperti ini. Rahasia allah memang tidak ada yang tau, tapi itu pasti hal yang baik untuk setiap hambanya.
Sudah hambir stengah tahun lamanya aku bekerja di rumah sakit, dan umurku sudah ckup, banyak orang manyakan kapan aku akan menikah, aku hanya bilang belum kepikiran, padahal banyak sekali yang melamar ku dan bilang suka kepadaku.
Aku masih percaya satu hal, dia pasti akan menjemput aku, dan aku pun kan menunggu dia, walaupun kepastian hanya sedikit.
Tapi suatu malam tiba – tiba ada yang mengetuk pintu, dan bel rumah pun berbunyi, saat keluarga pun sedang berkumpul menonton televisi, lalu bibi membukakannya dan datang lalu bilang
“ada tamu bu pak”
Lalu mamah dan papa menghampiri mereka dan sepertinya berbicara bicara. Lalu tiba – tiba aku di panggil dan akum menghampiri mereka.
Betapa terkejutnya aku, ternyata itu adalah Mas Ilham dan keluarganya. Dia menepati janjinya, akan menjemput diriku ini, betapa bahagianya diri ini,, seakan akan ini seperti mimpi, tapi tidak ini nyata, dia datang untuk melamarku.
Ketika mamah dan papah menanyakan pendapatku, tanpa pikir panjang aku langsung menyetujuinya.
Aku di lamar mas ilham, laki – laki yang pernah aku tabrak dan aku tinggalkan perasaannya adalah jodohku yang sebenarnya..
Lalu 1 bulan setelahnya kami pun menikah. Ya kami menikah, rasanya ini seperti mimpi, tapi ini sungguh nyata kami sekarang adalah suami istri yang sah.
Ingatlah satu hal, walaupun dalam kehidupan ini yang kita rasakan hanya ada kekosongan dan kesedihan, tapi percayalah akan ada kalanya kebahagiaan menghampiri, ini bukan omong kosong belaka, tapi ini nyata bahwa allah itu maha adil untuk hamba – hambanya, dan semua di ciptakan berpasang – pasangan.
Jika ada kesedihan pasti akan ada kebahagiaan, mungkin sekarang belum tapi nanti di waktu yang tepat, percayalah. Dari semua kejadian ini banyak pelajaran yang aku dapat tentang kehidupan sesungguhnya.
Bahwa kebahagiaan yang sebenarnya itu sederhana, sesederhana kita tersenyum dan bersyukur dengan apa yang sudah kita lewati saat ini.
Karena waktu tidak akan bisa terulang kembali, maka dari itu jangan pernah menyia-nyiakan setiap per detik nya, walaupun terasa pahit, namun sesungguhnya allah telah menyiapkan sesuatu yang indah, yang tidak pernah di sangka sangka bahkan terpikirkan oleh kita.
Satu hal lagi yang perlu semua kita pahami yaitu Semua orang bisa memberikan cinta, tapi tidak semua orang bisa memberikan kesetiaan dan tanggung jawab.
Tamat.

Tidak ada komentar untuk " Kisah Novel Ada Cinta Dalam Hijrahku ( Part 4 )"
Posting Komentar